Tampilkan postingan dengan label bahasa Anakalang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa Anakalang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Mei 2017

Kata 'LAHU' dan 'TALLI' dari sudut pandang yang berbeda

Maaf, kata 'LAHU' DAN 'TALLI' dari sudut pandang yang berbeda khusus untuk daerah Anakalang dan sekitar. 
Oleh ELSON UMBU RIADA, ST






Saya coba mengulas ini sebagai sesuatu hal yang biasa saja agar menjadi pencerahan opini berpikir sesaat. 
Sebagai OSA_Orang Sumba Asli, kedua kata itu sudah menjadi bagian kehidupan kita sehari2 dalam ber-Sumba khususnya di wilayah Anakalang dan sekitar ataupun Sumba pada umumnya. Kedua konsonan kata itu adalah sebuah 'syair kehidupan' yang menjadi identitas tersembunyi dan tak tertulis oleh pensil dan kertas. Mengapa? Karena itu adalah bagian tak terpisahkan dari bahasa sehari2 sejak adanya bahasa (menurut cerita). 
Saya tidak mengulas asal-muasal kedua kata itu. Hehe... 
Kata Lahu Dalam bahasa Indonesia dialek Sumba dikenal sebagai 'Lasu'. Sedangkan kata Talli tetap. 
Secara harfiah, Ini adalah kata makian yang ditujukan untuk kaum lelaki/wanita Sumba keseluruhan. 
Seiring perkembangan waktu, kata ini tidak lagi hanya menjadi makian dilihat dari situasi suasana pembicaraan.. 

- Sebagai Identitas

Teman, Bila di suatu tempat yang jauh dari Pulau Sumba, kita mendengar kedua kata itu diucapkan maka dengan jelas kita tahu bahwa orang yang mengucapkan itu adalah orang Sumba atau yang pernah tinggal di Sumba. 

- Sebagai Pemanis di Lidah, 
Kata ini bisa menjadi pemanis untuk mencairkan suasana dalam keakraban antar sahabat berbicara. 
Tapi biasanya pengucapannya di iringi senyuman tulus dan sekitar juga ikut tersenyum.

-Sebagai Sapaan akrab, 
Ini juga biasanya dipakai saat kedua sahabat bertemu dalam suasana yang cair. Tapi biasanya hanya bagi mereka yang sudah soulmate. Tapi ini memang sedikit situasional. 
Hehe, ini yg memang unik juga dan pernah saya lakukan saat masih duduk di bangku SLTA, setiap teman akrab saya tak pernah namanya dipanggil, melainkan diganti dengan kata 'lahu', kemudian disambut juga dengan kata yang sama oleh teman akrab saya. 
Sedangkan bagi kaum wanita, biasa menggunakan kata 'telle' sebagai bahasa akrab. 

Pada point ini, memang kebanyakan dipakai oleh remaja-remaja. 

- Sebagai Pemanis kata-kata
Saat bercerita atau bicarakan tentang 1 hal tertentu, dalam menyebutkan apapun selalu ditambahkan kata 'lahuna', dengan menambahkan akhiran 'na'  sebagai penunjuk pada objek yg dibicarakan. misalnya :
~"ga dumu uruhu nuttuya na mottur 'lahuna/talina'? , ngodu pakka yayyu" (ngapain urus mobil itu, ayo duduk sini dulu?) bisa dalam suasana melucu. 
~"bollu ya pakka ya ya, na sinyal 'lahuna/talina'  (ah, sinyal ini sangat bermasalah), dalam suasana santai atau menggerutu. 
Dan lain lain,...
Pada contoh2 diatas, biasanya suasana bisa menjadi lucu. 

- Sebagai sumber amarah
Kedua kata itu bila diucapkan pada suasana yang tidak harmonis, maka itu bisa menjadi awal perkelahian dan perpecahan. Sebab inilah yang disebut sebagai maki.

Jadi, kedua kata itu bisa berubah menjadi apa saja pada kondisi tertentu. 
Namun, hal yang tabu adalah ketika makian ini diucapkan/ditujukan pada orang yang lebih dewasa. 

Maaf, saya tidak bermaksud apa2. Hanya ingin menulis tentang dua kata ini dari sudut pandang yang berbeda,dari sudut pandang saya sendiri. 
Mungkin masih ada yang lain. Silahkan ditambahkan. 

Saya sendiri sudah belasan tahun tak pernah ucapkan 2 kata itu dalam kondisi apapun, entahlah... Hehehe.. Aneh juga, tp mencoba pun saya tak brani.. Hehe

Semoga bermanfaat. 

  • #OSA #OSAonline